Kamis, 06 Mei 2010

MASYARAKAT LAMPUNG

Saya menulis artikel ini adalah sebagai khasanah budaya lampung, mengingat saya selaku penulis adalah seorang putra daerah lampung.

Masyarakat Lampung mempunyai falsafah Sang Bumi Ruwa Jurai, yang artinya sebuah rumah tangga dari dua garis keturunan, masing-masing melahirkan masyarakat beradat pepadun dan masyarakat beradat sebatin.

Sekarang, pengertian Sang Bumi Ruwa Jurai diperluas menjadi masyarakat Lampung asli ( suku Lampung ) dan masyarakat Lampung pendatang (suku-suku lain yang tinggal di Lampung ).

Nenek moyang orang Lampung menurut legenda adalah Puyang Mena Tepik di negeri Sekalabrak. Daerah ini dinamai Lampung karena jika dilihat dari laut seperti bukit yang mengapung. Aksara Lampung merupakan aksara "ka-ga-nga" yang mirip dengan aksara Batak, aksara Bugis, dan aksara Sunda Kuna (bukan ha-na-ca-ra-ka). Seperti dikatakan tadi masyarakat adat Lampung terbagi dua, yaitu masyarakat adat Lampung Pepadun dan masyarakat adat Lampung Sebatin.

Masyarakat beradat Pepadun terdiri dari :

Pertama,

Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, Nyerupa). Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adapt : Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi.

Kedua,

Mego Pak Tulangbawang ( Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan ). Masyarakat Tulangbawang mendiami empat wilayah adat : Menggala, Mesuji,Panaragan,danWiralaga.

Ketiga,

Pubian Telu Suku ( Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi ). Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adapt : Tanjungkarang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung.

Keempat,

Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur). Masyarakat Sungkay-WayKanan mendiami sembilan wilayah adapt : Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Belambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui.


Sedangkan masyarakat beradat Sebatin terdiri dari :

Pertama,

Peminggir Paksi Pak ( Ratu Pernong, Ratu Belunguh, Ratu Nyerupa, Ratu Bejalan di Way ).

Kedua,

Komering-Kayuagung, yang sekarang termasuk Propinsi Sumatera Selatan. Masyarakat Peminggir mendiami sebelas wilayah adat : Kalianda, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semangka, Belalau, Liwa, dan Ranau. Lampung Sebatin juga dinamai Peminggir karena mereka berada di pinggir pantai barat dan selatan.

Menurut kitab Kuntara Raja Niti, orang Lampung memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

(1) piil-pusanggiri

(malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri),

(2) juluk-adok

(mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya),

(3) nemui-nyimah

(saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu),

(4) nengah-nyampur

(aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis), dan

(5) sakai-sambaian

(gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya).

Tujuh Pedoman Hidup Orang Lampung

1. Berani menghadapi tantangan: Mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador.
2. Teguh pendirian: Ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak.
3. Tekun dalam meraih cita-cita: Asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai.
4. Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: Pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih.
5. Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: Wat andah wat padah, repa ulah riya ulih.
6. Mengutamakan persatuan dan kekompakan: Dang langkang dang nyapang, mari pekon mak ranggang, dang pungah dang lucah, mari pekon mak belah.
7. Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: Way ni dang robok, iwa ni dapok.