Kabupaten Lampung Barat adalah salah satu kabupaten di provinsi Lampung, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Liwa. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1991 tanggal 16 Agustus 1991 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Lampung Utara. Kabupaten ini dominan dengan perbukitan dengan pantai di sepanjang pesisir barat Lampung.
POSISI STRATEGIS
Pemilihan Liwa sebagai ibu kota Kabupaten Lampung Barat memang tepat. Beberapa alasan memperkuat pernyataan ini.Pertama, tempatnya strategis karena berada di tengah-tengah wilayah Lampung Barat, sehingga untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh daerah Lampung Barat oleh pemerintah kabupaten akan relatif efektif.
Kedua, Liwa merupakan persimpangan lalu lintas jalan darat dari berbagai arah: Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung sendiri. Kita mulai menjalankan kendaraan dari arah selatan, yaitu dari Bandar Lampung melewati Gunungsugih (Lampung Tengah), Kotabumi dan Bukitkemuning (Lampung Utara) memasuki Liwa. Dari Liwa, jika belok kanan ke arah utara, seseorang akan menuju Kotabatu, sebuah kota kecil di tepi Danau Ranau untuk selanjutnya dapat melanjutkan perjalanan ke Baturaja dan Palembang. Sedangkan jika belok kiri ke arah barat, seseorang akan menuju Krui, kota pelabuhan Lampung Barat di pantai barat Lampung (Samudra Hindia). Dari sini, menelusuri pantai barat ke arah utara, seseorang bisa melanjutkan perjalanan memasuki provinsi Bengkulu. Tapi kalau ingin memilih menelusuri pantai barat ke arah selatan, seseorang akan tembus ke Kotaagung.
ASAL-USUL NAMA LIWA
Tentang asal-usul nama Liwa, menurut cerita orang, berasal dari kata-kata "meli iwa" (bahasa Lampung), artinya membeli ikan. Konon dahulunya Liwa merupakan daerah yang subur, persawahan yang luas, sehingga hasil pertaniannya melimpah. Liwa juga nama salah satu marga dari 84 marga di Lampung Way Setiwang, Way Robok, dan Way Sindalapai yang mengaliri wilayahnya merupakan sumber kekayaan daerah ini. Ditambah pula, penduduk yang masih jarang membuat masyarakat daerah ini menjadi makmur dan sejahtera. Di daerah ini dulunya terdapat bendungan-bendungan tempat ikan (bidok, bahasa Lampungnya), sehingga terkenallah daerah ini sebagai penghasil ikan. Hampir setiap orang yang datang dari dan ke tempat itu jika ditanya sewaktu bertemu di jalan: "Mau ke mana?" atau "Dari mana?" selalu menjawab: "Jak/aga mit meli iwa" (Dari/hendak membeli ikan). Lama-kelamaan jawaban itu berubah menjdi "mit meli iwa". Kemudian karena diucapkan secara cepat kedengarannya seperti "mit liwa". Dan, akhirnya daerah ini mereka namakan Liwa. Kalau kita kontekskan dengan sekarang, Liwa memang menjadi tempat pertemuan ikan laut dari Krui di tepi Samudra Hindia, ikan tawar dari Danau Ranau, dan ikan tawar lain dari sungai dan sawah.
POTENSI BUDAYA
Di samping memiliki potensi alamiah seperti pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, pariwisata, dan pertambangan, Liwa juga menyimpan sejarah budaya. Beberapa kebiasaan (tradisi-budaya) yang masih kita temui di Liwa, antara lain upacara-upacara adat seperti nayuh (pesta pernikahan), nyambai (acara bujang-gadis dalam rangka resepsi pernikahan), bediom (menempati rumah baru), sunatan, sekura (pesta topeng rakyat), tradisi sastra lisan (seperti segata, wayak, hahiwang, dll), buhimpun (bermusyawarah), butetah (upacara pemberian adok atau gelar adat), dan berbagai upacara adat lainnya.
POTENSI WISATA
Kota Liwa tidak mempunyai tempat wisata yang cukup menarik, kecuali air terjun Kubuperahu, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang termasuk sebagian kecil wilayahnya, suanana sejuk karena alam yang masih hijau, dan adat-istiadat setempat (seni-budaya lokal).
Namun Kabupaten Lampung Barat mempunyai belasan tempat wisata seperti Danau Ranau, wisata budaya pekon Kenali, (Belalau), dan pantai sepanjar Pesisir Barat Samudera Indonesia yang dapat diandalkan terutama pantai dan tempat bersejarah. Salah satunya Situs Prasejarah Batu Jaguar yang terletak di Pekon Purawiwitan, Sumberjaya. Di sini, terdapat sebuah batu menhir yang dipercaya masyarakat dapat memberikan tanda-tanda bila akan terjadi bencana alam. Hal ini terbukti saat gempa Liwa 1994.
PERGURUAN SILAT KUMANGO
Perguruan Silat Kumango (Persikum) Batusangkar dibawah pimpinan Lazwardi Malin Marajo (Ar Malin) beserta sebanyak 16 orang pemuda dari kerajaan Paksi Buay Pernong, Liwa -Lampung Barat yang selama ini belajar silat ke Persikum Pagaruyung bertolak ke Liwa untuk menghadiri dan menampilkan pertunjukan pada acara peresmian Patung Kerajaan Liwa.
Ditampilkannya silat Kumango oleh panitia tersebut, karena diantara kerajaan Paksi Buay Pernong di Liwa dengan silat Kumango punya pertalian sejarah yang selama ini sempat terputus, dan kini oleh Edward Pernong dirintis kembali dengan meningkatkan hubungan silaturahmi antara kedua pihak serta mengutus sebanyak 16 orang Punggawa kerajaan untuk belajar silat selama 3 bulan yang dibiayai lansung Daulat Raja Paksi.
Sebagaimana dikemukakan pimpinan Persikum, Lazwardi didampingi pimpinan Sanggar Limpapeh, Lesmandri sebelum berangkat ke Liwa, mengatakan antara kerajaan Paksi dengan Persikum punya hubungan sejarah yang tidak bisa terlupakan, dimana Raja Paksi (kakek dari Edward, Daulat Raja Paksi sekarang) belajar dan mendalami silat Kumango kepada pendiri Silat Kumango, Shek Abdurahman Alkhalidi sampai Raja Liwa ini berhasil mendapatkan kepandaian Shekh yang ketingggian ilmunya mencapai setengah dewa atau sebahagian dari ilmu yang ada pada Shekh.
Karena pada masa kecilnya, Edwar Pernong pernah menerima pesan dari kakeknya yang memimpin kerajaan pada masa itu, antara lain meminta Edwar kelak melanjutkan hubungan dengan Persikum di kerajaan Pagaruyung, maka oleh Daulat Raja Paksi yang kini menjabat Kapolwiltabes Semarang ini tahap pertama mengutus 16 orang Punggawa kerajaan belajar silat Kumango
Menurut Lesmandrai dengan terajutnya kembali buhul yang sempat terputus ini dan dengan kehadiran Persikum di Liwa ini, akan lebih terjalin hubungan silaturahmi antara kedua pihak, dan disisi lain keberangkatan Persikum ke Liwa Lampung Barat juga membawa misi memperkenalkan potensi Kabupaten Tanah Datar, Luhak Nan Tuo keluar daerah sebagai bentuk sumbangsih anak nagari.
ASAL NAMA CANGGU (LAMPUNG BARAT)
Tidak Banyak yang tahu bahwa pekon Canggu yang terletak di Kec. Batu Brak Lampung barat berasal dari peristiwa pembunuhan pengacau dari daerah banten oleh jawara dari Buay Belunguh. Cerita tentang peristiwa ini terungkap dari tari kreasi Cangkon hulu oleh sanggar Stiwang liwa lampung barat, yang ditampilkan pada parade tari nusantara 2008 di TMII.
Dari tari ini terungkap kisah tentang seorang pengacau daridaerah banten yang sakti bernama SI BUYUH.Untuk mengalahkan si Buyuh maka dibuat sayembara untuk mengalahkan nya. Kemudian ada seorang jawara dari buay belunguh berhasil mengalahkannya dengan dipenggal kepalanya dengan tongkat sakti seraya kepala SI BUYUH diangkat seraya berteriak, CANG KON HULU (angkat kepala ). Cang Kon Hulu kemudian diabadikan menjadi nama CANGGU yang merupakan suatu daerah di Batu Brak Lampung Barat yang saat ini terkenal dengan kota Jagung Indah.